
Lumpia Semarang sebagai makanan
khas daerah walaupun keberadaannya mendapat saingan dagang dari berbagai kota,
namun mampu bertahan bahkan semakin digemari masyarakat. Keistemewaan lumpia
yang sangat terkenal ini, bukan karena bentuk dan ukurannya tetapi dari
kelezatanya rasa khas Semarang yang manis-manis asin. Menurut sejarahnya,
lumpia Semarang ini diciptakan dan dirintis oleh pasangan suami-istri
China-Jawa sekitar satu abad yang lalu. Pasangan suami istri tersebut sebelum
menikah memang merupakan penjual lumpia dengan rasa khas budaya dari
masingmasing daerah. Pemuda China bernama Choa Taiyu yang berasaldari Fuking
menyajikan lumpia dengan resep Hokiang, sedang Mbok Warsih sebagai orang
pribumi mempunyai ramuan khas Semarang. Dari perpaduan rasa Hokiang dan
Semarang inilah, makanan lumpia menjadi kebanggaan warga Semarang dan kini
telah diwarisi oleh keempat generasi. Bahan baku lurnpia Semarang, selain
rebung dari barnbu muda, yang paling utama adalah udang dan telur, sedang
tepung terigu digunakan untuk pembungkus.
Dewasa ini, terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa
yang berbeda. Pertama aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram
(almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga aliran ini berasal dari satu keluarga Siem
Gwan Sing–Tjoa Po Nio yang merupakan menantu dan putri tunggal pencipta lumpia
Semarang, Tjoa Thay Yoe–Wasih dan yang terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus
(Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia nya bulat-bulat dan gurih
Aliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai
lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang
hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia
yang sudah beredar.
Generasi tertua saat ini, yaitu generasi
ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan
ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini
menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah
racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.
Lumpia buatan generasi keempat dapat kita
peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan
Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie,
yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen)
sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.
Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya
yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha
almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang,
lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran
udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan
pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja,
yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.
Adapun generasi keempat lainnya, yaitu
anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem)
meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka
kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum
Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu
almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di
Semarang.
Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta
lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat
lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai
hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia
sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International
Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar